Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Sepakbola    Kuliner    Film   

Sofyan,Lebam Dipukuli Massa, Pot Bunga Dijadikan Topi

PERCUT, JAM 13.00 WIB
Lagu sakitnya tuh disini, pantas ditujukan untuk Sofyan (22). Sudah babak belur dipukuli warga, di kantor polisi dia dipaksa memakai pot bunga sebagai topi. Tak ayal, pemuda Jalan Maplindo, Gang Kurcaci, Kelurahan Tegal Rejo, Medan Perjuangan itu jadi bahan tertawaan, Selasa (16/12) sekira jam 13.00 wib.

Ceritanya, Senin (15/12) kemarin, Sofyan dan Husin (42) warga jalan Sempurna, Dusun Melati, Pasar 7 Tembung bekerja di Jalan Cemara Asri. Saat sibuk kerja, Sofyan meminjam kereta Yamaha Jupiter MX BK 3027 ADU milik Husin. Alasannya untuk membeli makanan.

Ternyata itu hanya akal-akalan Sofyan. Sebab, sejak saat itu Sofyan tak kunjung kembali memulangkan kereta. Yakin keretanya digelapkan, Husin coba mencari alamat rumah Sofyan. Sehari kemudian, usahanya berhasil. Bersama teman dan beberapa warga, Husin mendatangi rumah Sofyan. Di sana, dia pun berhasil ditangkap. Saat ditanyai, Sofyan mengaku jika kereta itu dititipkannya ke temannya di Jalan Lau Dendang, Percut Seituan.

Sofyan dibawa untuk menunjukkan rumah temannya. Tapi, saat Husin dan warga lengah, Sofyan coba kabur. Disitu, Husin pun spontan teriak maling hingga mengundang perhatian warga lain. Sofyan diuber ramai warga, begitu tertangkap, pemuda cungkring itu digebuki hingga babak belur.

Beruntung saat itu polisi cepat datang mengamankan Sofyan dari amukan massa. Selanjutnya, dia digelandang ke Mapolsek Percut Seituan. Di kantor polisi, warga yang masih emosi dengan Sofyan memakaikan pot bunga di kepalanya. Tak ayal, sejumlah polisi dan wartawan yang melihat tertawa.
Saat diintrogasi, Sofyan mengaku jika kereta itu sudah dijualnya ke kawasan Mabar bersama temannya. Ia juga mengaku uang hasil penjualan kereta digunakan untuk membeli narkoba dan bermain judi. “Kereta itu kujual 2 juta. Uangnya kubangi 4 sama kawanku, Hasan, Kris dan Ari,” kata Sofyan.

Mau Uang? Dibayar Rp 767 Juta/Tahun Untuk Jadi Sasaran Tembak

UK Paintball mencari orang yang mau dijadikan sasaran tembak. Mereka bahkan berani membayar 40.000 pound sterling (sekitar Rp 767 juta) per tahun untuk pekerjaan tersebut. Tertarik?

Orang yang menjadi sasaran bidik akan ditembak proyektil warna-warni tanpa pakaian pelindung. Dan mereka akan ditembak dalam berbagai posisi, seperti saat berdiri, berjalan dan memanjat.

 Pendiri UK Paintball, Justin Toohig, mengatakan bahwa pekerjaan ini memang tidak biasa tetapi sangat dibutuhkan. Perusahaannya tidak ingin mengambil risiko, sehingga mereka menawarkan profesi tersebut bagi siapa pun yang berminat.

“Hal ini penting untuk pemeriksaan kesehatan dan keselamatan kami, sebelum paintball itu digunakan oleh klien kami,” kata Mr Toohig. Permainan ini sekilas tampak menyenangkan, namun keselamatan pemain tentu akan tetap menjadi prioritas. Karena apa pun bisa terjadi, semisal paint ball itu mengenai mata, apakah tidak berbahaya? Hal-hal semacam itu tentunya menjadi perhatian serius bagi para pengusaha bisnis paintball. (mr)

Terdakwa, Briptu Cico Valangi Monti,Menjual Senjata Api M-16 Curian, Ditangkap Brimob

Terdakwa, Briptu Cico Valangi Monti
PENGADILAN, JAM 16.00 WIB
Briptu Cico Valangi Monti. Oknum Brimob Poldasu ini menjual senjata api (senpi) jenis M16 ke personil Brimob lain setelah mencurinya dari gudang senjata. Alhasil, Briptu Cico pun diciduk dan didudukkan di kursi pesakitan.

Dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Sabrina, Briptu Cico didakwa telah mencuri senjata api jenis M16 dari gudang dan menguasai senjata api ilegal lainnya.  

“Terdakwa Briptu Cico telah mencuri senapan serbu M16 dan alat observasi atau teropong bidik night vision dilengkapi dengan infrared. Perangkat itu dicurinya dari gudang penyimpanan senjata api Brimob Poldasu sekitar Agustus 2014,” terang jaksa dihadapan majelis hakim yang diketuai Firman di Ruang Candra I Pengadilan Negeri (PN) Medan, Selasa (16/12) siang.

Sebelum mencuri, Briptu Cico berhasil masuk ke gudang karena mengaku ingin membuat surat tentang senjata rusak yang akan diantarkan ke Poldasu. Saat itu, terdakwa Briptu Cico memang bertugas di bagian pendataan aset setelah dipindahkan dari Tebing Tinggi. Perbuatan terdakwa tersebut dinilai melanggar Undang-Undang Darurat Nomor 12/1951 jo Pasal 365 KUHPidana.

Usai mendengarkan dakwaan jaksa, persidangan kemudian dilanjutkan dengan agenda pemeriksaan saksi-saksi. Sejumlah personel Brimob Poldasu dan ibu terdakwa pun dihadirkan jaksa untuk menjadi saksi. Berdasarkan keterangan saksi Aiptu M Saleh, Briptu Cico hampir tertangkap tangan mengambil teropong infrared di dalam gudang. Bintara itu ternyata telah mengantongi perangkat seharga Rp 192 juta. Terdakwa sempat lolos karena menjatuhkan onderdil M16 ke lantai saat didatangi petugas.

“Sekitar dua pekan berselang, petugas gudang melakukan pemeriksaan. Ternyata teropong bidik dan sepucuk M16 hilang dari tempatnya,” kata Aiptu Saleh. Aksi pencurian yang dilakukan Briptu Cico akhirnya ketahuan. Menurut saksi, terdakwa tertangkap saat menjual kembali M16 itu kepada personel Brimob lainnya yakni Bripka Abdul Kadir Nasution. Dia mematok harga Rp 8 juta untuk senapan serbu itu.

Bripka Abdul Kadir kemudian membayar Rp 4 juta sebagai uang muka untuk mendapatkan senjata itu. Namun, tanpa diketahui terdakwa, ternyata Abdul kadir hanya ingin mengecek nomor seri senjata api tersebut. Akhirnya, mereka pun membuktikan senjata itu milik Brimob Poldasu karena tidak seluruh nomor serinya terhapus.

Selain Bripka Abdul Kadir, dua rekan Briptu Cico yang bertugas di bagian intelijen juga dihadirkan untuk menyampaikan kesaksian yang meringankan. Menurut kedua saksi tersebut, Briptu Cico memang hobi mengoleksi senjata dan punya prestasi menembak. Briptu Cico sengaja menjual kembali M16 itu ke personel Brimob sebagai langkah pengembalian.

Nurhaida br Siahaan,Disiksa Anak Cucu Durhaka Dan Preman

Nurhaida br Siahaan
Disuruh Geser Lapak Jualan
Anak yang satu ini memang durhaka. Gara-gara ditegur menggeser lapak dagangan, dia tega menganiaya ibunya. Ironisnya, si anak memanggil preman bayaran lalu nonton saat ibunya disiksa bak seorang pencuri.

MEDAN BARU, JAM 15.00 WIB

Miris, itulah yang dialami Nurhaida boru Siahaan (59). Dia hampir saja menghadap sang khalik karena perbuatan anak kandungnya, Harapan Sianipar (40). Kini pedagang Pasar Petisah Medan itu terbaring lemah di ruang perawatan RSU Elisabeth Medan.

Penyiksaan itu terjadi, Selasa (16/12) sekira jam 15.00 wib. Saat itu Nurhaida menegur Harapan (anaknya) untuk menggeser barang dagangannya yang diletak di gang jalan Pasar Petisah. Lalu, entah setan apa yang merasukinya, tiba-tiba Harapan marah, memukuli ibunya hingga tersungkur ke jalan.

Disitu, Arjuna Sianipar (17) -anak kandung Harapan- yang melihat bukannya melerai. Dia malah ikut menendang dan memukuli neneknya hingga lemas tak berdaya. Disitu, Harapan sempat menarik anaknya (Arjuna) yang kesetanan. Warga yang melihat kejadian itu berfikir kalau Harapan mengakhiri penganiayaan itu. Ternyata tidak, Harapan memanggil seorang preman untuk memukuli ibunya. Disitu, Harapan dan anaknya menyaksikan penyiksaan yang dilakukan preman bayaran tadi.

Suasana gaduh dan riuh memancing perhatian pengunjung Pasar Petisah. Tidak terlepas dari putri Nurhaida, Julita br Sianipar (36). Dia mendengar kalau ibunya disiksa abang, keponakan dan preman bayaran lari ke kerumunan pedagang dan pengunjung pasar. Disitu, Julita menangis, teriak sekuatnya agar abangnya menyuruh preman suruhannya berhenti menyiksa sang ibu. “Biadab kau jadi anak. Anak durhaka kau,” teriak Julita kepada Harapan sambil memeluk ibunya yang sudah tak berdaya.

Akhirnya, Nurhaida dibawa ke RS Elisabeth karena sudah nyaris tewas. Sementara, Julita dan adiknya, Andi Sianipar (30), datang ke Mapolsek Medan Baru melaporkan kasus tersebut. Kepada wartawan, Julita menceritakan, ibunya disiksa oleh anak kandung dan cucu ibunya serta preman bayaran itu, lantaran ditenggarai, Nurhaida yang menegur Harapan untuk menggeser barang dagangan Harapan yang ada di pinggir jalan gang Pasar Petisah. Namun, Harapan tidak mengindahkan teguran ibunya dan malah emosi. “Maksud mama, biar jalanan tidak sempit, agar orang pun dapat lewat dari gang itu,” ujar Julita.

Dalam laporan yang tertuang, STTLP/2538/XII/2014/SPKT SEK MEDAN BARU, akhirnya Harapan, Arjuna dan preman bayaran tersebut resmi dilaporkan ke pihak berwajib agar diproses lebih lanjut. Dia juga berharap, agar Harapan, Arjuna dan preman bayaran tersebut segera ditangkap, karena sudah menyiksa wanita lemah yang tidak berdaya hingga harus mendapat perawatan intensif.  “Kami harap, polisi cepat memproses kasus ini, karena sudah memang biadab kali caranya,” kata Julita. Kapolsek Medan Baru, Kompol Ronny Sidabutar saat dikonfirmasi membenarkan adanya kasus penganiayaan dan pengeroyokan tersebut. “Laporannya sudah diterima. Kasus tersebut akan dilakukan penyelidikan,”

Rekonstruksi Ulang Penikaman Haki Syahnaqri oleh Gunawan

Pelaku menikam leher korban

Sebelum Tewas Ditikam, Haki Syahnaqri Pukul Gunawan Dulu.

JAM 12.00 WIB
Penikaman yang dialami siswa SMA YP Mardi Lestari Medan, Haki Syahnaqri (17) hingga meninggal dunia, direkonstruksi ulang oleh Polsek Sunggal, yang dilakukan di halaman mapolsek tersebut, Selasa (16/12) jam 12.00 wib.

Rekonstruksi yang hanya dilakukan 9 adegan tersebut, disaksikan keluarga Haki, kepolisian, Jaksa dari Kejaksaan Negeri Medan dan saksi yang melihat kasus penikaman warga Jalan Beo, Sei Sikambing B, Medan Helvetia tersebut.

Dalam rekonstruksi, Ari Gunawan (17) warga Jalan Nusa Indah, Kelurahan Asam Kumbang, Medan Sunggal menikam leher Haki menggunakan pisau yang diselipkan di pinggangnya.

Sebelum menikam siswa kelas 1 SMA itu, Haki terlebih dulu memukul Ari di hadapan Indri Diandra (17), yang tidak lain adalah kekasih Ari. Saat itu, Indri melerai Haki dan Ari, usai Haki memukul Ari.  Ternyata, disaat Indri melerai Haki, Ari langsung mencabut pisau dan menikam leher Haki. Usai menikam, Ari langsung melarikan diri meninggalkan Haki dengan leher yang dipenuhi darah.

Usai rekonstruksi, tampak keluarga Haki memaki Indri yang dituding sebagai penyebab meninggalnya Haki. “Perempuan ini lonte. Lihat saja tato perempuan ini,” ujar wanita yang mengenakan kerudung hitam. Setelah Ari dan Indri diamankan ke ruang penyidik, keluarga korban masih bertahan di halaman mapolsek Sunggal. Saat polisi hendak memasukkan Ari ke dalam kurungan, keluarga Haki mengejar pelaku. “Lihat nanti di persidangan yah,” ujar pria berbaju cokelat.

Bahkan Jaksa yang mengikuti rekonstruksi tersebut pun bertanya-tanya, siapa orang yang memberikan pisau tersebut kepada Ari. “Tidak mungkin pelaku tidak kenal siapa yang memberikan pisau itu,” ujar jaksa tersebut. Kanit Reskrim Iptu Adhi Putranto kepada wartawan mengatakan,

Ari mendapatkan pisau yang dipakai untuk menikam Haki dari seseorang yang tidak dikenalnya.  “Pisau itu diberikan orang yang tidak dikenal oleh pelaku. Pisau itulah yang digunakan pelaku untuk menikam korban,” terang Adhi.

Sementara Ari yang coba diwawancarai di ruang tahanan mengatakan, pertikaian tersebut akibat kekasih Ari, Indri melakukan pendekatan kepada Haki melalui pesan dari Facebook.  Ternyata, kedekatan keduanya diketahui Ari setelah melihat pesan FB kekasihnya. Setelah mengetahui hal tersebut, Haki kemudian meminta Ari untuk tidak  mengirimnya pesan. “Karena pacarku mengirim pesan dari FB. Saat aku tanya kepada Haki, dia malah marah-marah,” ujar Ari.

Informasi lainnya, ternyata sebelum penikaman tersebut, antara Ari dan Haki sudah pernah terlibat perkelahian. Pada saat itu, keduanya sama-sama babak belur. Diduga, penikaman tersebut juga ditenggarai pertikaian sebelumnya

 

Pesawat Mogok,Penumpang Disuruh Dorong

Mendorong mobil mogok sudah biasa. Namun bagaimana jika mendorong pesawat yang mogok? Tentu jarang kita lihat. Ini yang terjadi di Siberia. Namun tunggu dulu. Para penumpang ini mendorong pesawat yang masih di landasan, bukan yang mogok di udara.

Peristiwa itu terjadi di Igarka, kawasan Siberia, Rusia bagian utara. Sebuah pesawat Tupolev tak bisa lepas landas karena tumpukan salju di bandara pada pekan lalu. Kala itu, cuaca memang tengah buruk. Angin bertiup begitu kencang dan temperatur udara mencapai -52 derajat Celcius.

"Minyak di sasis membeku. Temperatur ini merupakan batas di mana pesawat bisa digunakan. Ini sangat dingin," kata petugas Bandara Igarka.

Pesawat Tu-134 itu sebenarnya hendak ditarik dari hanggar ke landasan. Namun karena kondisi salju yang menumpuk, petugas sulit melakukannya. Sehingga, untuk membuat pesawat lebih ringan, petugas meminta para penumpang turun terlebih dahulu.

Sekitar 70 penumpang pun turun. Namun setelah di luar, mereka melihat kesulitan petugas. Sehingga mereka beramai-ramai membantu petugas denegan mendorong bagian sayap pesawat.

Para penumpang itu kebanyakan merupakan pekerja tambang di kawasan Siberia. Mereka sedang ganti sift dan akan menuju ke daerah yang lebih hangat.

 
Copyright © 2014 Harian Sinar Indonesia Baru. All Rights Reserved. Powered by HarianSib
Template by Harian Sib and Hariansib